1.
NiCD (nickel-cadmium battery / Nicad )
Baterai
jenis ini merupakan generasi pertama. Berkapasitas besar, baterai ini cocok
untuk ponsel lama yang bertenaga besar. Sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya.
Proses pengisian ulang pun cukup merepotkan, misalnya pengisian ulang harus
dilakukan pada saat daya baterai benar-benar habis. Karena baterai NiCD
memiliki memory effect, semakin lama kapasitasnya akan menurun jika
pengisian belum benar-benar kosong.
Singkatan
NiCad adalah merek dagang terdaftar dari SAFT Corporation, meski produk
ini umumnya digunakan untuk menjelaskan seluruh baterai nikel-kadmium. Di sisi
lain, singkatan NiCd berasal dari simbol kimia dari nikel (Ni) dan kadmium
(Cd), oleh karena itu jangan menjadi bingung dengan rumus kimia .
Ada dua jenis baterai NiCd: disegel dan diberi ventilasi
Ada dua jenis baterai NiCd: disegel dan diberi ventilasi
2. NiMH
(Nickel Metal Hydride)
Generasi
selanjutnya dari baterai adalah NiMH. Baterai isi ulang ini masih memiliki
memory effect namun hanya bersifat sementara. Jadi lebih fleksibel dibanding
dengan NiCD. Untuk pengisian ulang baterai ini tidak perlu menunggu benar-benar
habis, namun dengan konsekuensi akan terasa cepat habis. Namun hal ini hanya
berlangsung sementara, saat habis isi kembali dan kemampuannya akan kembali
normal lagi.
pembuangan
baterai NiMH yang tidak benar menimbulkan bahaya lingkungan kurang dari baterai
NiCd karena tidak adanya kadmium .
3. Li-Ion (
Lithium Ion)
Dibanding
dengan 2 generasi sebelumnya, type ini tidak lagi memiliki memory effect. Jadi
anda bisa mengisi ulang tanpa menunggu baterai habis. Baterai Li-Ion memiliki
“life cycle” (siklus hidup) yang lebih pendek. Bahkan apabila dicharges
berlebihan baterai lithium ion akan menurun kemampuannya dibanding NiCD atau
NiMH.
Lithium-ion
adalah salah satu jenis yang paling populer, dengan salah satu yang terbaik
energy-to-weight ratios , tidak ada efek memori , dan lambat dalam penurunan
daya jika tidak digunakan. Selain digunakan untuk peralatan elektronik, baterai
lithium-ion yang semakin meningkat popularitasnya juga dipergunakan untuk
pertahanan, otomotif, dan aplikasi ruang angkasa karena kepadatan energi yang
tinggi. Namun, beberapa jenis perlakuan dapat menyebabkan baterai lithium-ion
konvensional dapat meledak .
4. Li-po
(Lithium polymer)
Polimer ion
baterai-Lithium, lithium ion polimer, atau lebih umum baterai lithium polymer
(disingkat Li-poli, Li-Pol, LiPo, LIP, PLI atau LiP) adalah baterai isi ulang
(baterai sel sekunder). Biasanya baterai ini terdiri dari beberapa sel sekunder
yang identik di samping paralel untuk meningkatkan kemampuan debit saat ini.
Tipe ini
telah berevolusi dari teknologi baterai lithium-ion . Perbedaan utama adalah
bahwa lithium – salt elektrolit tidak ditempatkan dalam organic solvent tetapi
dalam polimer padat komposit misalnya polietilen oxide atau polyacrylonitrile .
Keuntungan dari polimer Li-ion atas desain lithium-ion berpotensi lebih rendah
termasuk biaya pembuatan, kemampuan beradaptasi terhadap berbagai bentuk
kemasan, dan kekasaran. Lithium-ion baterai polimer mulai muncul dalam
peralatan elektronik konsumen sekitar tahun 1996.
ini generasi
paling baru dari baterai isi ulang. Selain ramah lingkungan, keunggulannya
diatas baterai Li-ion, untuk perawatan baterai Lithium Polymer, tak jauh
berbeda dengan Lithium Ion. Namun penanganannya harus ekstra hati-hati
mengingat sifatnya yang cukup “liquid” dengan tekanan cukup keras bisa
menyebabkan bentuk baterai berubah.
Kelemahan
Li-po justru mengharuskan kita mengisi ulang baterai jangan sampai menunggu
ponsel mati dengan sendirinya. Atau sebisa mungkin ketika ponsel memberikan
peringatan baterai lemah. Jika tidak, ponsel akan susah untuk diaktifkan karena
baterai belum pulih sepenuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar